Kebobrokan Negeri
(Kemana Bumi Pertiwi)
Malida (SosAnt_10)
Hohoho..siapa tak kenal bumi pertiwi yang gemah ripah loh jinawi ini?
Hohoho..siapa tak kenal bumi pertiwi yang rukun aneka ragam masyarakatnya?
Hohoho..siapa tak kenal bumi pertiwi yang hidup subur dengan tancapan seonggok kayu?
Hohoho..siapa tak kenal bumi pertiwi yang mampu ciptakan milyaran rupiah tiap detik?
Orang bilang bumi pertiwi kaya raya,
Orang bilang bumi pertiwi tersenyum,
Orang bilang bumi pertiwi bahagia,
Orang bilang bumi pertiwi makmur sejahtera..
Siapa bilang?
Siapa bilang?
Siapa bilang bumi pertiwi kaya raya?
Siapa bilang bumi pertiwi tersenyum?
Siapa bilang bumi pertiwi bahagia?
Siapa bilang bumi pertiwi makmur sejahtera rakyatnya?
Hohoho..jangan salah,
Bumi pertiwi kini kian memudar dalam rona tanpa warna..
Bumi pertiwi kini kian tersungkur telungkup jajahan Borju,
Bumi pertiwi gontai tertembak peluru batas antar Negara..
Bumi pertiwi tersundut korporatokrasi dasi negeri..
Siapa yang bersalah?
Siapa yang bersalah !
Jawab !
Hanya tertawa ?
Hanya menggeleng kepala?
Jawab !
Siapa yang bersalah ?!
Ya.
Mereka bersalah !
Mereka kantongkan gupalan emas papua dalam triliun tiap detik..
Mereka sempitkan sawah untuk korporatokrasi negeri..
Mereka gulingkan kewibawaan dan harga diri dengan sekelumit nyanyian busuk awal periode..
Mereka enyahkan harapan rakyat penengadah perubahan..
Lalu,
Apa yang terjadi?
Apa?
Siapa yang mampu menjawab?
Siapa ! jawab !
Kemana bumi pertiwi?
Kemana?
Tahu kemana bumi pertiwi????
Bumi pertiwi melenyap dalam kantung-kantung Borju,
Bumi pertiwi mengintip dari celah dasi tikus negeri,
Bumi pertiwi meleras dalam golok-golok rakyatnya sendiri,
Bumi pertiwi melebur dalam bangunan korporatokrasi negeri,
Lantas,
Siapa yang mau bertanggungjawab?
Siapa yang mau merepihsatukan lagi?
Siapa ?
Siapa !
Jawab !
Siapa lagi?
Kita !
Ya. Kita.
Kita yang akan merepihsatukan bumi pertiwi lagi..
Kita yang akan membentengi bumi pertiwi dengan ambisi lengan asa,
Kita yang akan merobohkan korpatokrasi negeri,
Kita yang akan menarik liangkan tikus berdasi negeri,
Kita yang akan menyelimuti bumi pertiwi dengan selaksa padan hikayat indah
Kita yang akan merobek topeng-topeng kamuflase bangsa..
Kita yang akan menjepit kelit Borju,
Kita yang akan kelola bumi pertiwi..
Kita yang akan perbaiki bumi pertiwi..
Kita yang akan bangun bumi pertiwi..
Goresan ini ku persembahkan untuk :
Indonesiaku..
Untuk negeriku, dan
Untuk bumi pertiwiku..
dedicated for MESS (Malam Ekspresi Seni Sosant) :)
Ibu Pertiwi
Penggubah: GAN
kulihat ibu pertiwi
sedang bersusah hati
air matamu berlinang
mas intanmu terkenang
hutan gunung sawah lautan
simpanan kekayaan
kini ibu sedang susah
merintih dan berdoa
kulihat ibu pertiwi
kami datang berbakti
lihatlah putra-putrimu
menggembirakan ibu
ibu kami tetap cinta
putramu yang setia
menjaga harta pusaka
untuk nusa dan bangsa
Kamis, 19 Januari 2012
Sabtu, 18 Juni 2011
IP oh IP (Indeks Prestasi)
IP oh IP*
*Indeks Prestasi
Yuppy..sesuai dengan kalender akademik Universitas Negeri Semarang (Unnes) bahwa pada tanggal 9 sampai 20 Januari 2012 akan dilaksanakan ujian akhir semester gasal. Ujian akhir berkaitan dengan evaluasi seluruh mata kuliah yang telah diikuti selama satu semester penuh.
Ujian semester terkadang menjadi momok yang menegangkan atau bahkan menakutkan bagi kita mahasiswa pada umumnya, karena seperti “palang pintu” parkir kendaraan roda empat yang menghantarkan pada jenjang semester berikutnya. Layaknya palang pintu pengambilan karcis pada system parkir roda empat mal, palang akan terbuka jika si pengendara sudah membayar karcis dan mengambil struk karcis tersebut pada petugas. Ujian akhir semester dapat dianalogikan seperti palang pintu parkir, karena hanya yang memenuhi syarat sajalah yang dapat memasuki area parkir (semester selanjutnya-red), yaitu karcis yang merupakan analogi dari pembayaran uang registrasi akademik, dan Indeks Prestasi (IP) yang mencukupi untuk mengambil jumlah Sistem Kredit Semester (SKS) pada semester berikutnya.
Bagi mahasiswa lama, mungkin ujian akhir semester bukan merupakan hal yang baru lagi karena pernah melewatinya. Ujian akhir semester dapat dikatakan suatu fase peralihan dari semester sebelumnya pada semester selanjutnya yang identik dengan ujian tertulis. Namun berbeda halnya dengan mahasiswa baru, yang tentu saja baru mencicipi sedikit manisnya menjadi mahasiswa dan indahnya kehidupan kampus yang baru sekilas pandangan mata saja. Bagi mahasiswa baru, ujian akhir semester merupakan momok menegangkan atau mungkin menakutkan karena terpaut pada target Indeks Prestasi (IP) untuk yang pertama kalinya. Ujian akhir semester tentu saja berkaitan erat dengan Indeks Presatsi (IP) yang dijadikan ukuran atas kerja keras dalam belajar selama satu semester penuh.
Bagi mahasiswa lama, IP mungkin bukan merupakan temuan baru yang terlalu dipusingkan dan berusaha rumit untuk mencari formulasinya, namun berlawanan dengan mahasiswa baru yang sudah ditakut-takuti dari awal tentang IP bahwa untuk mendapatkan grade tertentu sangatlah sulit dan dicekoki dengan asumsi-asumsi bernafas pesimis bahwa jika tidak mendapatkan IP setinggi mungkin maka masa depan akan suram, inilah yang kemudian membuat sebagian besar daripadanya merasa khawatir yang berlebih dan ketakutan jika mendapat IP yang tidak dapat mencapai grade yang telah ditentukan.
Perlu diketahui bahwa IP bukan menjadi alasan utama yang terlalu dipusingkan dan dipaksakan untuk diperoleh dengan target angka sangat tinggi, namun hal terpentingnya adalah proses belajar untuk mendapatkan IP yang diinginkan dan motivasi diri dalam berprestasi. Seringkali kita terkecoh dengan IP yang fantastis tetapi lupa bahwa sebenarnya ada esensi lain yang lebih penting dari IP tersebut, yaitu proses belajar dan motivasi berprestasi.
Proses belajar dapat dikatakan sangat penting karena hal ini berkaitan dengan bagaimana memahami diri dalam proses belajar yang meliputi : bagaimana cara belajar yang digunakan, bagaimana memahami alur berpikir dosen agar mudah memahami materi yang disampaikan, bagaimana memahami kasus-kasus di lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar pula, dan bagaimana memahami proses belajar yang dilakukan.
Sebenarnya IP dengan angka yang tinggi bukan merupakan hal yang terlalu fantastis jika kita tidak tahu bagaimana proses belajar dan apa motivasi diri dalam berprestasi itu. Kesalahan fatal yang sering dilakukan dalam proses belajar hanyalah mengejar target nilai IP yang sangat tinggi, mengejar masa studi secepatnya agar menjadi lulusan tercepat tanpa memperhatikan esensi setiap materi perkuliahan, menelan teori mentah-mentah tanpa memahami lebih lanjut dan tanpa mengaplikasikan serta berbagi ilmu pada kawan, dan bahkan materi yang diajarkan hanya sambil lalu saja yang setelah ujian semester selesai maka ganti tahun akademik maka dilupakan pula materi-materi yang telah dipelajari selama satu semester yang lalu.
IP memiliki makna yang cukup prestisius ketika dikaitkan dengan dapat mengambil jumlah SKS penuh di jenjang semester berikutnya. IP merupakan “kado” istimewa ketika kita dapat menjalani proses memerolehnya (belajar-red) dengan baik dan benar. IP tinggi tetapi kita tidak bisa “menerjemahkan” arti dari angka yang tertera adalah sia-sia. Sama halnya dengan ketika kita tidak mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi oranglain dan lingkungan sekitar kita, maka IP hanya merupakan pajangan dinding dengan pigura “emas” saja.
Persepsi yang selama ini salah tentang IP dengan angka yang tinggi adalah bahwa IP tinggi merupakan satu-satunya penentu utama kesuksessan karier masa depan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa IP merupakan salah satu unsur penunjang dalam menentukan kesuksessan karier masa depan, namun ada beberapa hal lain yang luput dari pemahaman kita yang sebenarnya justru merupakan hal penting yang turut menjadi faktor penentu sukses karier seseorang. Hal itu meliputi : kemampuan spiritual, kemampuan komunikasi, kejujuran atau integritas diri, kemampuan membangun kerjasama, beretika luhur, kemampuan memahami intrapersonal dan interpersonal, motivasi diri yang kuat, kemampuan beradaptasi, memiliki daya kritik dan analitik yang tajam, kemampuan berkompromi, kemampuan management diri, kemampuan management emosi, kemampuan management konflik, disiplinitas diri, kemampuan management waktu dan kesempatan, kemampuan bekerja dalam tim, dan kemampuan memahami masalah-masalah social yang terjadi (peka sosial) dan kemampuan memecahkan masalah-masalah social yang terjadi di sekitar lingkungan.
Memang tidak dapat dipungkiri, bagi kita, mahasiswa, IP tinggi merupakan hal penting yang membawa harkat dan martabat bagi dirinya sehingga terkadang rela melakukan apapun demi mendapatkan IP tinggi, bahkan fatalnya jika sampai melakukan kecurangan-kecurangan dan berbagai variasinya demi mendapatkan IP tinggi. Segala cara dihalalkan demi meraih kepuasan sementara yang bukan merupakan hasil jerih payahnya sendiri. Ketika ini terjadi maka yang perlu dilirik adalah proses belajar yang telah dilakukan selama ini dan bagaimana motivasi berprestasinya.
IP merupakan “kado” untuk membentuk garis senyum di hari penentuan atau yang biasa dikenal dengan yudisium. Jika kado yang didapatkan indah maka semakin lebar senyum yang ditebar dan tersenyum dengan sumringah. Semua jerih payah, kerja keras, dan pengorbanan selama satu semester penuh terbayar sudah jika mendapatkan “kado” terindah ketika yudisium tiba.
Seperti yang telah dijelaskna di atas, bahwa IP tidak hanya sekedar jejeran angka utama dengan didampingi dua angka di belakang koma saja, tetapi IP juga menyangkut tentang motivasi diri dalam berprestasi. Angka IP yang tinggi terkadang diidentikkan dengan motivasi berprestasi yang tinggi pula pada diri individu.
Dalam hidup ini setiap orang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang tentu saja meliputi motivasi-motivasi di dalamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa masing-masing individu memiliki motivasi yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan penggerak dan pendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang diinginkan hingga mampu melampaui grade yang telah ditentukan. Motivasi ini dapat berasal dari dalam diri sendiri dan dari orang lain. Motivasi diperlukan seseorang sebagai kekuatan dan dorongan dalam mencapai tujuan, kesuksessa, dan kebahagiaan. Kuat lemahnya motivasi seseorang dapat menentukan perilaku dan sikap yang ditunjukkan dalam kesehariannya, termasuk dalam hal belajar.
McClelland dan Atkinson (1987) menyatakan bahwa setiap orang memiliki tiga motivasi, yaitu motivasi berprestasi (achievement motivation), motivasi bersahabat (affiliation motivation), dan motivasi berkuasa (power motivation). Ketiga motivasi inilah yang include dalam motivasi belajar mahasiswa termasuk dalam proses belajarnya.
Teori motivasi berprestasi menurut McClelland adalah motivasi untuk mencapai prestasi (Need for Achievement) atau n-ach yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang tersebut dalam berprestasi. Kemudian dengan motivasi inilah seseorang akan berusaha mencapai prestasi tertinggi dengan harapan dapat melampaui grade yang ditentukan dan selanjutnya perlu mendapatkan umpan balik dari lingkungannya yang berupa reward agar membawa kesan bahwa dirinya dan kerja kerasnya dihargai yang kemudian akan memberikan semangat lebih maju lagi dalam kemajuan dirinya.
Terkait dengan IP, maka yang seharusnya dipikirkan bukan bagaimana angka tertinggi dapat tertera di Kartu Hasil Studi (KHS) setelah yudisium tetapi bagaimana kita lebih menekankan pada proses belajar sehingga mampu mendapatkan IP tinggi sesuai yang diinginkan dan lebih meningkatkan motivasi berprestasi kita. Selamat berjuang di ujian akhir semester semoga dapat mencapai hasil yang diinginkan. Amin.
Khamalida Fitriyaningsih Mahasiswa Jurusan Sosiologi dan Antropologi’10
*Indeks Prestasi
Yuppy..sesuai dengan kalender akademik Universitas Negeri Semarang (Unnes) bahwa pada tanggal 9 sampai 20 Januari 2012 akan dilaksanakan ujian akhir semester gasal. Ujian akhir berkaitan dengan evaluasi seluruh mata kuliah yang telah diikuti selama satu semester penuh.
Ujian semester terkadang menjadi momok yang menegangkan atau bahkan menakutkan bagi kita mahasiswa pada umumnya, karena seperti “palang pintu” parkir kendaraan roda empat yang menghantarkan pada jenjang semester berikutnya. Layaknya palang pintu pengambilan karcis pada system parkir roda empat mal, palang akan terbuka jika si pengendara sudah membayar karcis dan mengambil struk karcis tersebut pada petugas. Ujian akhir semester dapat dianalogikan seperti palang pintu parkir, karena hanya yang memenuhi syarat sajalah yang dapat memasuki area parkir (semester selanjutnya-red), yaitu karcis yang merupakan analogi dari pembayaran uang registrasi akademik, dan Indeks Prestasi (IP) yang mencukupi untuk mengambil jumlah Sistem Kredit Semester (SKS) pada semester berikutnya.
Bagi mahasiswa lama, mungkin ujian akhir semester bukan merupakan hal yang baru lagi karena pernah melewatinya. Ujian akhir semester dapat dikatakan suatu fase peralihan dari semester sebelumnya pada semester selanjutnya yang identik dengan ujian tertulis. Namun berbeda halnya dengan mahasiswa baru, yang tentu saja baru mencicipi sedikit manisnya menjadi mahasiswa dan indahnya kehidupan kampus yang baru sekilas pandangan mata saja. Bagi mahasiswa baru, ujian akhir semester merupakan momok menegangkan atau mungkin menakutkan karena terpaut pada target Indeks Prestasi (IP) untuk yang pertama kalinya. Ujian akhir semester tentu saja berkaitan erat dengan Indeks Presatsi (IP) yang dijadikan ukuran atas kerja keras dalam belajar selama satu semester penuh.
Bagi mahasiswa lama, IP mungkin bukan merupakan temuan baru yang terlalu dipusingkan dan berusaha rumit untuk mencari formulasinya, namun berlawanan dengan mahasiswa baru yang sudah ditakut-takuti dari awal tentang IP bahwa untuk mendapatkan grade tertentu sangatlah sulit dan dicekoki dengan asumsi-asumsi bernafas pesimis bahwa jika tidak mendapatkan IP setinggi mungkin maka masa depan akan suram, inilah yang kemudian membuat sebagian besar daripadanya merasa khawatir yang berlebih dan ketakutan jika mendapat IP yang tidak dapat mencapai grade yang telah ditentukan.
Perlu diketahui bahwa IP bukan menjadi alasan utama yang terlalu dipusingkan dan dipaksakan untuk diperoleh dengan target angka sangat tinggi, namun hal terpentingnya adalah proses belajar untuk mendapatkan IP yang diinginkan dan motivasi diri dalam berprestasi. Seringkali kita terkecoh dengan IP yang fantastis tetapi lupa bahwa sebenarnya ada esensi lain yang lebih penting dari IP tersebut, yaitu proses belajar dan motivasi berprestasi.
Proses belajar dapat dikatakan sangat penting karena hal ini berkaitan dengan bagaimana memahami diri dalam proses belajar yang meliputi : bagaimana cara belajar yang digunakan, bagaimana memahami alur berpikir dosen agar mudah memahami materi yang disampaikan, bagaimana memahami kasus-kasus di lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar pula, dan bagaimana memahami proses belajar yang dilakukan.
Sebenarnya IP dengan angka yang tinggi bukan merupakan hal yang terlalu fantastis jika kita tidak tahu bagaimana proses belajar dan apa motivasi diri dalam berprestasi itu. Kesalahan fatal yang sering dilakukan dalam proses belajar hanyalah mengejar target nilai IP yang sangat tinggi, mengejar masa studi secepatnya agar menjadi lulusan tercepat tanpa memperhatikan esensi setiap materi perkuliahan, menelan teori mentah-mentah tanpa memahami lebih lanjut dan tanpa mengaplikasikan serta berbagi ilmu pada kawan, dan bahkan materi yang diajarkan hanya sambil lalu saja yang setelah ujian semester selesai maka ganti tahun akademik maka dilupakan pula materi-materi yang telah dipelajari selama satu semester yang lalu.
IP memiliki makna yang cukup prestisius ketika dikaitkan dengan dapat mengambil jumlah SKS penuh di jenjang semester berikutnya. IP merupakan “kado” istimewa ketika kita dapat menjalani proses memerolehnya (belajar-red) dengan baik dan benar. IP tinggi tetapi kita tidak bisa “menerjemahkan” arti dari angka yang tertera adalah sia-sia. Sama halnya dengan ketika kita tidak mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi oranglain dan lingkungan sekitar kita, maka IP hanya merupakan pajangan dinding dengan pigura “emas” saja.
Persepsi yang selama ini salah tentang IP dengan angka yang tinggi adalah bahwa IP tinggi merupakan satu-satunya penentu utama kesuksessan karier masa depan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa IP merupakan salah satu unsur penunjang dalam menentukan kesuksessan karier masa depan, namun ada beberapa hal lain yang luput dari pemahaman kita yang sebenarnya justru merupakan hal penting yang turut menjadi faktor penentu sukses karier seseorang. Hal itu meliputi : kemampuan spiritual, kemampuan komunikasi, kejujuran atau integritas diri, kemampuan membangun kerjasama, beretika luhur, kemampuan memahami intrapersonal dan interpersonal, motivasi diri yang kuat, kemampuan beradaptasi, memiliki daya kritik dan analitik yang tajam, kemampuan berkompromi, kemampuan management diri, kemampuan management emosi, kemampuan management konflik, disiplinitas diri, kemampuan management waktu dan kesempatan, kemampuan bekerja dalam tim, dan kemampuan memahami masalah-masalah social yang terjadi (peka sosial) dan kemampuan memecahkan masalah-masalah social yang terjadi di sekitar lingkungan.
Memang tidak dapat dipungkiri, bagi kita, mahasiswa, IP tinggi merupakan hal penting yang membawa harkat dan martabat bagi dirinya sehingga terkadang rela melakukan apapun demi mendapatkan IP tinggi, bahkan fatalnya jika sampai melakukan kecurangan-kecurangan dan berbagai variasinya demi mendapatkan IP tinggi. Segala cara dihalalkan demi meraih kepuasan sementara yang bukan merupakan hasil jerih payahnya sendiri. Ketika ini terjadi maka yang perlu dilirik adalah proses belajar yang telah dilakukan selama ini dan bagaimana motivasi berprestasinya.
IP merupakan “kado” untuk membentuk garis senyum di hari penentuan atau yang biasa dikenal dengan yudisium. Jika kado yang didapatkan indah maka semakin lebar senyum yang ditebar dan tersenyum dengan sumringah. Semua jerih payah, kerja keras, dan pengorbanan selama satu semester penuh terbayar sudah jika mendapatkan “kado” terindah ketika yudisium tiba.
Seperti yang telah dijelaskna di atas, bahwa IP tidak hanya sekedar jejeran angka utama dengan didampingi dua angka di belakang koma saja, tetapi IP juga menyangkut tentang motivasi diri dalam berprestasi. Angka IP yang tinggi terkadang diidentikkan dengan motivasi berprestasi yang tinggi pula pada diri individu.
Dalam hidup ini setiap orang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang tentu saja meliputi motivasi-motivasi di dalamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa masing-masing individu memiliki motivasi yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan penggerak dan pendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang diinginkan hingga mampu melampaui grade yang telah ditentukan. Motivasi ini dapat berasal dari dalam diri sendiri dan dari orang lain. Motivasi diperlukan seseorang sebagai kekuatan dan dorongan dalam mencapai tujuan, kesuksessa, dan kebahagiaan. Kuat lemahnya motivasi seseorang dapat menentukan perilaku dan sikap yang ditunjukkan dalam kesehariannya, termasuk dalam hal belajar.
McClelland dan Atkinson (1987) menyatakan bahwa setiap orang memiliki tiga motivasi, yaitu motivasi berprestasi (achievement motivation), motivasi bersahabat (affiliation motivation), dan motivasi berkuasa (power motivation). Ketiga motivasi inilah yang include dalam motivasi belajar mahasiswa termasuk dalam proses belajarnya.
Teori motivasi berprestasi menurut McClelland adalah motivasi untuk mencapai prestasi (Need for Achievement) atau n-ach yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang tersebut dalam berprestasi. Kemudian dengan motivasi inilah seseorang akan berusaha mencapai prestasi tertinggi dengan harapan dapat melampaui grade yang ditentukan dan selanjutnya perlu mendapatkan umpan balik dari lingkungannya yang berupa reward agar membawa kesan bahwa dirinya dan kerja kerasnya dihargai yang kemudian akan memberikan semangat lebih maju lagi dalam kemajuan dirinya.
Terkait dengan IP, maka yang seharusnya dipikirkan bukan bagaimana angka tertinggi dapat tertera di Kartu Hasil Studi (KHS) setelah yudisium tetapi bagaimana kita lebih menekankan pada proses belajar sehingga mampu mendapatkan IP tinggi sesuai yang diinginkan dan lebih meningkatkan motivasi berprestasi kita. Selamat berjuang di ujian akhir semester semoga dapat mencapai hasil yang diinginkan. Amin.
Khamalida Fitriyaningsih Mahasiswa Jurusan Sosiologi dan Antropologi’10
Langganan:
Komentar (Atom)